Komponen pembangunan negara salah satunya adalah masyarakat, pembentukan masyarakat yang beradab adalah salah satu kebutuhan negara yang paling tinggi, sebuah perwujudan diri bagi sutu negara bila dapat menjadikat masyaraktanya beradab.
Rendahnya pendidikan masyarakat Indonesia meningkatkan tingkat anarkisme di Indonesia , apalagi keadaan negara yang memicu emosional, keadaan perekonomian yang semakin menjepit masyarat, juga kesenjangan sosial yang semakin terlihat menbuat masyarakat semakin geram dan tidak dapat mengendalikan emosi.
Dipacu juga dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia yang jauh dari kata makmur.
sebagai penguat pendapat saya, saya menyertakan beberapa referensi , sebagai berikut :
Kenapa Mahasiswa
Sekarang Anarkis?
Anarkisme seolah sudah menjadi ciri
setiap mahasiswa yang sedang berunjuk rasa. Anarkisme yang bermula dari perang
mulut antara pengunjuk rasa di satu fihak dan polisi di fihak yang lain, yang
kemudian berlanjut dengan lempar batu yang dibalas dengan pukulan pentungan dan
semprotan air.
Anarkisme berujung pada perusakan
fasilitas umum seperti kantor pemerintah yang menjadi sasaran demo. Atau
mencegat dan merusak mobil yang kebetulah lewat, bahkan mobil ambulan dan mobil
polisi sekalipun, seperti yang kita lihat di media layar kaca dalam beberapa
hari ini. Miris rasanya melihat kebrutalan para mahasiswa yang sedang berdemo,
yang seolah tidak memiliki rasa bersalah melakukan perusakan fasilitas umum.
Unjuk rasa bukanlah monopoli
mahasiswa, warga biasa dan pelajar juga melakukan unjuk rasa, meski dengan
berbagai alasan dan latar belakang. Bagi warga biasa, unjuk rasa biasanya
berkaitan dengan rasa keadilan yang terlanggar, seperti pada kasus penyerobotan
lahan, atau bahkan sekedar akibat kesalahfahaman yang sepele. Tapi kenapa unjuk
rasa sering berakhir dengan perbuatan anarkis?
Anarki atau anarchy dalam bahasa Inggeris, berasal dari
bahasa Yunani ‘anarchia’ yang berarti tanpa aturan, atau
keadaan dimana hukum tidak ditegakkan karena kurangnya supremasi kekuatan
(Wikipedia). Sedangkan hukum yang dicoba ditegakkan polisi mendapat tentangan
yang akhirnya memancing emosi polisi untuk juga berbuat anarkis. Unjuk rasa itu
sendiri tidak salah, karena ia merupakan perwujudan dari kehendak untuk mengeluarkan
pendapat yang dilindungi undang-undang. Tapi perbuatan yang anarkis mestinya
dihindari.
Kenapa demonstrasi selalu berakhir
dengan anarkis? Apakah yang menyebabkan para mahasiswa itu menjadi beringas?
Keberingasan para pendemo sebenarnya bukan hanya terjadi di Indonesia. Sewaktu
masih kuliah di negeri Belanda penulis pernah menyaksikan dan berada di
tengah-tengah demonstran. Waktu itu ada upacara Beatrix dilantik menjadi Ratu
Belanda. Pada waktu itu demo besar-besaran terjadi di lingkaran luar Damrak, dekat
istana. Para pengunjuk rasa merusak rambu-rambu lalulintas dan melempari kaca
etalase toko serta menjarah isinya. Para pendemo yang terdiri dari para
pengangguran menuntut agar mereka diberi jaminan dari pemerintah untuk
mendapatkan pekerjaan. Perbuatan anarkis itu muncul karena dalam keadaan
seperti itu, kelompok massa yang besar memiliki keberanian untuk melakukan apa
saja yang diinginkannya, termasuk melakukan perusakan.
Terlepas dari substansinya atau
tuntutan yang diinginkan para mahasiswa pengunjuk rasa, demonstrasi akhir-akhir
ini, yang sering berakhir secara anarkis dan merusak adalah perbuatan yang
kurang terpuji, bahkan sangat memalukan, mengingat bahwa pelakunya adalah para
mahasiswa yang di kemudian hari menjadi penerus dan mungkin bahkan pemimpin
bangsa ini.
Apabila kita mencoba mencari akar
masalahnya, mungkin kita bisa mendapatkan jawaban atas maraknya unjuk rasa yang
sering terjadi akhir-akhir ini. Tingkat pertumbuhan ekonomi makro yang belum
terasa dampaknya pada kehidupan masyarakat kelas bawah, tingkat pengangguran
yang masih tinggi, serta situasi politik yang belum tuntas pasca pansus Bank
Century di DPR, barangkali menjadi penyebab utama munculnya berbagai keresahan
dalam masyarakat. Rasa keadilan yang terusik dan ketidakpastian hukum juga
mungkin bisa menjadi penyebab terjadinya letupan dalam masyarakat yang berupa
tawuran antar warga.
Demonstrasi dan tawuran sepertinya
menjadi kegiatan rutin, yang kalau tidak dilakukan, seolah kehidupan
bermasyarakat menjadi hambar, dan media cetak serta layar kaca tidak
mendapatkan berita yang layak tayang. Tanpa demo dan tawuran, para mahasiswa
dan pemuda serta warga yang belum beruntung mendapatkan pekerjaan tetap seolah
merasa menghabiskan hari-harinya dengan sia-sia. Mungkin diantara mereka yang
rajin mengikuti unjuk rasa dan tawuran adalah mereka yang kurang kerjaan, atau
malas mengerjakan sesuatu yang lebih berguna.
Sebenarnya banyak sekali kegiatan
kemasyarakatan yang bisa dilakukan untuk mengusir waktu-waktu kosong para
mahasiswa dan pemuda serta warga pengangguran. Kegiatan kemasyarakatan dalam
wadah Karang Taruna yang pada waktu lalu cukup menonjol seolah tidak lagi
terdengar gaungnya, mungkin kalah populer atau kalah gengsi dengan kegiatan
berunjuk rasa. Kegiatan para wanita, misalnya dalam program pemberdayaan wanita
menuju keluarga sehat sejahtera (P2WKSS) juga tidak terdengar lagi beritanya.
Padahal program-program tersebut memiliki potensi yang besar untuk menyerap
enerji berlebih yang ada pada masyarakat. Demikian pula kegiatan kepemudaan
seperti pramuka, yang menanamkan rasa kasih sayang, mengajarkan sopan santun
dan menegakkan sportivitas dalam berbagai kegiatannya yang positif kini jarang
terdengar lagi.
Apabila berbagai kegiatan positif
tersebut terus dikembangkan, yang diiringi dengan suhu politik yang mendingin,
perekonomian yang semakin membaik, rasa keadilan yang terpenuhi, dan tingkat
pengangguran yang menurun, maka diharapkan berbagai unjuk rasa yang semakin
marak akhir-akhir ini akan berkurang. Kalaupun ada, semoga kegiatan unjuk rasa
berlangsung damai dan tidak berakhir rusuh, apalagi anarkis, karena hanya akan
membuat dada ini terasa lebih sesak.
Salam damai.
Dan sebenarnya apa itu anarkis ? definisinya saya ambil dari sebuah sumber , sebagai berikut :
Etimologi
Kata anarki adalah sebuah kata serapan dari anarchy (bahasa
Inggris) dan anarchie (Belanda/Jerman/Perancis), yang juga mengambil
dari kata Yunani anarchos/anarchia. Ini merupakan kata bentukan a
(tidak/tanpa/nihil) yang disisipi n dengan archos/ archia (pemerintah/kekuasaan).
Anarchos/anarchia = tanpa pemerintahan. Sedangkan Anarkis berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki. Indonesia memiliki
banyak komunitas anarkis yang benar benar hidup dan eksistensinya memang ada,
pengertian anarki di Indonesia masihlah amat sempit di akibatkan pembodohan
pemerintahannya yang tidak mau tersaingi dan mempengaruhi semua elemen
masyarakat dengan pembohongan publik tentang apa sebenarnya anarki itu.
Di seluruh dunia, jumlah anarkis cukup
banyak karena keberadaan mereka sudah lebih dua abad. Pluralitas pandangan tak
bisa dihindari. Meski demikian, garis merah anarkisme konsisten dan prinsip
terfundamentalnya transparan. Maka ia mudah ditelusuri, sebab hakikat anarki
itu cuma menyangkut empat garis merah berikut.
1. anarki adalah perindu
kebebasan martabat individu. Ia menolak segala bentuk penindasan. Jika penindas
itu kebetulan pemerintah, ia memilih masyarakat tanpa pemerintah. Jadi, anarki
sejatinya bumi utopis yang dihuni individu-individu yang ogah memiliki
pemerintahan dan menikmati kebebasan mutlak.
2. konsekuensi butir
pertama adalah, anarki lalu antihirarki. Sebab hirarki selalu berupa struktur
organisasi dengan otoritas yang mendasari cara penguasaan yang menindas.
Bukannya hirarki yang jadi target perlawanan, melainkan penindasan yang menjadi
karakter dalam otoritas hirarki tersebut.
3. anarkisme adalah paham hidup
yang mencita-citakan sebuah kaum tanpa hirarki secara sospolekbud yang bisa
hidup berdampingan secara damai dengan semua kaum lain dalam suatu sistem
sosial. Ia memberi nilai tambah, sebab memaksimalkan kebebasan individual dan
kesetaraan antar individu berdasarkan kerjasama sukarela antarindividu atau
grup dalam masyarakat.
4. tiga butir di atas
adalah konsekuensi logis mereaksi fakta sejarah yang telah membuktikan,
kemerdekaan tanpa persamaan cuma berarti kemerdekaan para penguasa, dan
persamaan tanpa kemerdekaan cuma berarti perbudakan.
Pada empat garis merah itulah anarki
berkiprah sejak lahir sampai saat ini. Dimulai sekitar akhir abad XVII oleh
kaum buruh di berbagai negara Eropa semisal Rusia dan Spanyol, anarkisme
menyebar ke Asia dan AS.
Tokoh-tokoh anarkis awal yang terkenal
adalah Max Stirner (1806-1856), Pierre-Joseph
Proudhon (1809-1865), Mikhail Bakunin (1814-1876), Peter Kropotkin (1842-1921). Mereka tokoh-tokoh anarkis awal yang bukan hanya
teoritis tapi berupaya mewujudnyatakan paham anarkisme dengan program-program
yang sistemik.
Setelah tokoh-tokoh tersebut tiada,
anarkisme seolah-olah koma. Tapi tidak mati. Secara sporadis, terdapat banyak
figur yang coba mengembangkan anarkisme di berbagai negara. Di AS bisa dijumpai Emma
Goldman dan Alexander Berkman. Mereka berdua akhirnya
dibuang pemerintah AS karena dianggap mengganggu stabilitas AS – yang konon the land of the free. Di samping mereka, ada pula Voltairine de Cleyre, yang terkenal dengan puisi-puisi
anarkisnya.
Di Italia, gerakan anarkisme telah
melahirkan cukup banyak penulis anarkis seperti Errico Malatesta, Luigi Galleani, Camillo Berneri, dan lain-lain.
Dari Rusia, Leo Tolstoi dikenal sebagai penulis anarkisme religius. Karya-karyanya memengaruhi
banyak manusia kualitas unggul semisal Mahatma Gandhi dan Dorothy Day, tokoh Catholic Worker Group. Filsafat mulur-mungkret Ki Ageng
Suryamentaram dan Saminisme sekitar Blora mungkin mendapat ilham dari
kenyentrikan anarkisme.
Di Indonesia, tokoh-tokoh anarkisme
religius dan sindikalis banyak bermunculan di pulau jawa
(Surabaya,Bandung,Jakarta,Solo) dan beberapa yang terkenal berani berekspresi
dalam sebuah perlawanan terselubung maupun frontal ada di kota Yogyakarta.
Sejumlah karya pikir para humanis dewasa
ini semisal Noam Chomsky, Colin Ward, O'Hara dan Murray Bookchin, mengandung prinsip garis merah
anarkisme. Bahkan mereka acapkali didaftar sebagai kaum anarkis. Muara dari
deret panjang karya tulis dan berbagai kegiatan lain kaum anarkis adalah empat
garis merah di atas. Untuk mengontrol konsistensi garis merah tersebut, berikut
ini empat contoh keyakinan kaum anarkis.
1. Anarkisme adalah sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan. Ia dimulai di antara
manusia, dan akan mempertahankan vitalitas dan kreativitasnya selama merupakan
pergerakan dari manusia (Peter Kropotkin).
2. penghapusan eksploitasi
dan penindasan manusia hanya bisa dilakukan lewat penghapusan dari kapitalisme
yang rakus dan pemerintahan yang menindas (Errico Malatesta).
3. kebebasan tanpa
sosialisme adalah ketidakadilan, dan sosialisme tanpa kebebasan adalah
perbudakan dan kebrutalan (Mikhail Bakunin).
4. kami tidak perlu
merangkul dan menggantungkan hidup kepada pengusaha kaya sebab ujungnya mereka
untung dan kami buntung. Tanpa mereka, kami tetap bisa mengorganisasikan
pertunjukan, acara, demonstrasi, mempublikasikan buku dan majalah, menerbitkan
rekaman, mendistribusikan literatur dan semua produk kami, mengadakan boikot, dan
berpartisipasi dalam aktivitas politik. Dan kami dapat melakukan semua itu
dengan baik (O'Hara).
Akibat logis sikap anarki di atas, maka ia
menentang tujuh isme dan kondisi yang merecoki cita-citanya, sebagai berikut.
1. melawan kapitalisme – biang diskriminasi ekonomis ialah selalu berujung pada privilese lapisan
atas. Kaum anarkis, sebagai bagian sirkuit masyarakat lapisan bawah, yakin bisa
melakukan banyak hal secara independen.
2. melawan rasisme. Kaum anarkis
menandaskan semua bangsa, ras, warna kulit, dan golongan adalah sederajat.
3. melawan sexisme. Kaum anarkis menganggap semua jenis
seks: wanita, pria, dan bahkah di luar dua jenis seks itu, memiliki hak yang
sama atas apapun.
4. melawan fasisme atau supranasionalis. Kaum anarkis beranggapan tak ada bangsa
yang melebihi bangsa lain. Semua setaraf dalam perbedaannya.
5. melawan xenophobia - ketakutan dan kebencian apriori pada hal baru atau asing. Kaum anarkis
melawannya sebab xenophobia bisa berkembang jadi fasisme ialah anti terhadap
dan menganggap buruk semua hal dari luar.
6. melawan perusakan
lingkungan, habitat dan segala bentuk perusakan dan atau tindakan kekerasan
terhadap semua makhluk hidup. Maka kaum anarkis menentang segala bentuk
percobaan dengan hewan. Itu berarti sewenang-wenang terhadap kehidupan.
Padahal, kehidupan tak bisa diciptakan manusia, harus dihargai. Maka banyak
kaum anarkis yang hidup vegetarian.
7. melawan perang dan 1.001
sumber, alat dan perkakasnya, misalnya militerisme. Bagi kaum anarkis,
segala bentuk kekerasan atau penghancuran kehidupan adalah nista. Perang adalah
sesuatu hal yang sangat tidak berguna bagi dunia dan penghuninya. Maka segala
sumbernya harus segera dihapuskan.
tolong perdalam terlebih dahulu pengetahuan anda tentang anarkisme sebelum membuat tulisan. dant tolong bedakan anarkisme dan vandalisme. terima kasih
BalasHapusTurut menyambung komentar pak iwan prayoga.
BalasHapusSepertinya anda sangat antipati terhadap aktifitas demonstrasi ya sehingga anda menyamakan ia dengan tawuran.
Setahu saya, demonstrasi terjadi karena adanya persoalan yg coba diangkat ke permukaan agar tercapai transparansi informasi terkait isu yg sedang di kawal, juga dilakukan karena adanya ketidakadilan yg dirasakan ataupun disaksikan oleh pelaku demonstrasi.