Kamis, 10 Mei 2012

Anarkisme di Indonesia



Komponen pembangunan negara salah satunya adalah masyarakat, pembentukan masyarakat yang beradab adalah salah satu kebutuhan negara yang paling tinggi, sebuah perwujudan diri bagi sutu negara bila dapat menjadikat masyaraktanya beradab.

Rendahnya pendidikan masyarakat Indonesia meningkatkan tingkat anarkisme di Indonesia , apalagi keadaan negara yang memicu emosional, keadaan perekonomian yang semakin menjepit masyarat, juga kesenjangan sosial yang semakin terlihat menbuat masyarakat semakin geram dan tidak dapat mengendalikan emosi.

Dipacu juga dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia yang jauh dari kata makmur. 

sebagai penguat pendapat saya, saya menyertakan beberapa referensi , sebagai berikut : 

Kenapa Mahasiswa Sekarang Anarkis?


OPINI | 08 March 2010 | 07:14http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_baca.gifDibaca: 670   http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/img_komen.gifKomentar: 12   http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_nilai.gif2 dari 2 Kompasianer menilai Bermanfaat
Anarkisme seolah sudah menjadi ciri setiap mahasiswa yang sedang berunjuk rasa. Anarkisme yang bermula dari perang mulut antara pengunjuk rasa di satu fihak dan polisi di fihak yang lain, yang kemudian berlanjut dengan lempar batu yang dibalas dengan pukulan pentungan dan semprotan air.
Anarkisme berujung pada perusakan fasilitas umum seperti kantor pemerintah yang menjadi sasaran demo. Atau mencegat dan merusak mobil yang kebetulah lewat, bahkan mobil ambulan dan mobil polisi sekalipun, seperti yang kita lihat di media layar kaca dalam beberapa hari ini. Miris rasanya melihat kebrutalan para mahasiswa yang sedang berdemo, yang seolah tidak memiliki rasa bersalah melakukan perusakan fasilitas umum.
Unjuk rasa bukanlah monopoli mahasiswa, warga biasa dan pelajar juga melakukan unjuk rasa, meski dengan berbagai alasan dan latar belakang. Bagi warga biasa, unjuk rasa biasanya berkaitan dengan rasa keadilan yang terlanggar, seperti pada kasus penyerobotan lahan, atau bahkan sekedar akibat kesalahfahaman yang sepele. Tapi kenapa unjuk rasa sering berakhir dengan perbuatan anarkis?
Anarki atau anarchy dalam bahasa Inggeris, berasal dari bahasa Yunani ‘anarchia’ yang berarti tanpa aturan, atau keadaan dimana hukum tidak ditegakkan karena kurangnya supremasi kekuatan (Wikipedia). Sedangkan hukum yang dicoba ditegakkan polisi mendapat tentangan yang akhirnya memancing emosi polisi untuk juga berbuat anarkis. Unjuk rasa itu sendiri tidak salah, karena ia merupakan perwujudan dari kehendak untuk mengeluarkan pendapat yang dilindungi undang-undang. Tapi perbuatan yang anarkis mestinya dihindari.
Kenapa demonstrasi selalu berakhir dengan anarkis? Apakah yang menyebabkan para mahasiswa itu menjadi beringas? Keberingasan para pendemo sebenarnya bukan hanya terjadi di Indonesia. Sewaktu masih kuliah di negeri Belanda penulis pernah menyaksikan dan berada di tengah-tengah demonstran. Waktu itu ada upacara Beatrix dilantik menjadi Ratu Belanda. Pada waktu itu demo besar-besaran terjadi di lingkaran luar Damrak, dekat istana. Para pengunjuk rasa merusak rambu-rambu lalulintas dan melempari kaca etalase toko serta menjarah isinya. Para pendemo yang terdiri dari para pengangguran menuntut agar mereka diberi jaminan dari pemerintah untuk mendapatkan pekerjaan. Perbuatan anarkis itu muncul karena dalam keadaan seperti itu, kelompok massa yang besar memiliki keberanian untuk melakukan apa saja yang diinginkannya, termasuk melakukan perusakan.
Terlepas dari substansinya atau tuntutan yang diinginkan para mahasiswa pengunjuk rasa, demonstrasi akhir-akhir ini, yang sering berakhir secara anarkis dan merusak adalah perbuatan yang kurang terpuji, bahkan sangat memalukan, mengingat bahwa pelakunya adalah para mahasiswa yang di kemudian hari menjadi penerus dan mungkin bahkan pemimpin bangsa ini.
Apabila kita mencoba mencari akar masalahnya, mungkin kita bisa mendapatkan jawaban atas maraknya unjuk rasa yang sering terjadi akhir-akhir ini. Tingkat pertumbuhan ekonomi makro yang belum terasa dampaknya pada kehidupan masyarakat kelas bawah, tingkat pengangguran yang masih tinggi, serta situasi politik yang belum tuntas pasca pansus Bank Century di DPR, barangkali menjadi penyebab utama munculnya berbagai keresahan dalam masyarakat. Rasa keadilan yang terusik dan ketidakpastian hukum juga mungkin bisa menjadi penyebab terjadinya letupan dalam masyarakat yang berupa tawuran antar warga.
Demonstrasi dan tawuran sepertinya menjadi kegiatan rutin, yang kalau tidak dilakukan, seolah kehidupan bermasyarakat menjadi hambar, dan media cetak serta layar kaca tidak mendapatkan berita yang layak tayang. Tanpa demo dan tawuran, para mahasiswa dan pemuda serta warga yang belum beruntung mendapatkan pekerjaan tetap seolah merasa menghabiskan hari-harinya dengan sia-sia. Mungkin diantara mereka yang rajin mengikuti unjuk rasa dan tawuran adalah mereka yang kurang kerjaan, atau malas mengerjakan sesuatu yang lebih berguna.
Sebenarnya banyak sekali kegiatan kemasyarakatan yang bisa dilakukan untuk mengusir waktu-waktu kosong para mahasiswa dan pemuda serta warga pengangguran. Kegiatan kemasyarakatan dalam wadah Karang Taruna yang pada waktu lalu cukup menonjol seolah tidak lagi terdengar gaungnya, mungkin kalah populer atau kalah gengsi dengan kegiatan berunjuk rasa. Kegiatan para wanita, misalnya dalam program pemberdayaan wanita menuju keluarga sehat sejahtera (P2WKSS) juga tidak terdengar lagi beritanya. Padahal program-program tersebut memiliki potensi yang besar untuk menyerap enerji berlebih yang ada pada masyarakat. Demikian pula kegiatan kepemudaan seperti pramuka, yang menanamkan rasa kasih sayang, mengajarkan sopan santun dan menegakkan sportivitas dalam berbagai kegiatannya yang positif kini jarang terdengar lagi.
Apabila berbagai kegiatan positif tersebut terus dikembangkan, yang diiringi dengan suhu politik yang mendingin, perekonomian yang semakin membaik, rasa keadilan yang terpenuhi, dan tingkat pengangguran yang menurun, maka diharapkan berbagai unjuk rasa yang semakin marak akhir-akhir ini akan berkurang. Kalaupun ada, semoga kegiatan unjuk rasa berlangsung damai dan tidak berakhir rusuh, apalagi anarkis, karena hanya akan membuat dada ini terasa lebih sesak.
Salam damai.

Dan sebenarnya apa itu anarkis ? definisinya saya ambil dari sebuah sumber , sebagai berikut :

Kata anarki adalah sebuah kata serapan dari anarchy (bahasa Inggris) dan anarchie (Belanda/Jerman/Perancis), yang juga mengambil dari kata Yunani anarchos/anarchia. Ini merupakan kata bentukan a (tidak/tanpa/nihil) yang disisipi n dengan archos/ archia (pemerintah/kekuasaan). Anarchos/anarchia = tanpa pemerintahan. Sedangkan Anarkis berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki. Indonesia memiliki banyak komunitas anarkis yang benar benar hidup dan eksistensinya memang ada, pengertian anarki di Indonesia masihlah amat sempit di akibatkan pembodohan pemerintahannya yang tidak mau tersaingi dan mempengaruhi semua elemen masyarakat dengan pembohongan publik tentang apa sebenarnya anarki itu.
[sunting]Pluralitas pandangan
Di seluruh dunia, jumlah anarkis cukup banyak karena keberadaan mereka sudah lebih dua abad. Pluralitas pandangan tak bisa dihindari. Meski demikian, garis merah anarkisme konsisten dan prinsip terfundamentalnya transparan. Maka ia mudah ditelusuri, sebab hakikat anarki itu cuma menyangkut empat garis merah berikut.
1.    anarki adalah perindu kebebasan martabat individu. Ia menolak segala bentuk penindasan. Jika penindas itu kebetulan pemerintah, ia memilih masyarakat tanpa pemerintah. Jadi, anarki sejatinya bumi utopis yang dihuni individu-individu yang ogah memiliki pemerintahan dan menikmati kebebasan mutlak.
2.    konsekuensi butir pertama adalah, anarki lalu antihirarki. Sebab hirarki selalu berupa struktur organisasi dengan otoritas yang mendasari cara penguasaan yang menindas. Bukannya hirarki yang jadi target perlawanan, melainkan penindasan yang menjadi karakter dalam otoritas hirarki tersebut.
3.    anarkisme adalah paham hidup yang mencita-citakan sebuah kaum tanpa hirarki secara sospolekbud yang bisa hidup berdampingan secara damai dengan semua kaum lain dalam suatu sistem sosial. Ia memberi nilai tambah, sebab memaksimalkan kebebasan individual dan kesetaraan antar individu berdasarkan kerjasama sukarela antarindividu atau grup dalam masyarakat.
4.    tiga butir di atas adalah konsekuensi logis mereaksi fakta sejarah yang telah membuktikan, kemerdekaan tanpa persamaan cuma berarti kemerdekaan para penguasa, dan persamaan tanpa kemerdekaan cuma berarti perbudakan.
[sunting]Dari awal hingga kini
Pada empat garis merah itulah anarki berkiprah sejak lahir sampai saat ini. Dimulai sekitar akhir abad XVII oleh kaum buruh di berbagai negara Eropa semisal Rusia dan Spanyol, anarkisme menyebar ke Asia dan AS.
Tokoh-tokoh anarkis awal yang terkenal adalah Max Stirner (1806-1856), Pierre-Joseph Proudhon (1809-1865), Mikhail Bakunin (1814-1876), Peter Kropotkin (1842-1921). Mereka tokoh-tokoh anarkis awal yang bukan hanya teoritis tapi berupaya mewujudnyatakan paham anarkisme dengan program-program yang sistemik.
[sunting]Pelanjut
Setelah tokoh-tokoh tersebut tiada, anarkisme seolah-olah koma. Tapi tidak mati. Secara sporadis, terdapat banyak figur yang coba mengembangkan anarkisme di berbagai negara. Di AS bisa dijumpai Emma Goldman dan Alexander Berkman. Mereka berdua akhirnya dibuang pemerintah AS karena dianggap mengganggu stabilitas AS – yang konon the land of the free. Di samping mereka, ada pula Voltairine de Cleyre, yang terkenal dengan puisi-puisi anarkisnya.
Di Italia, gerakan anarkisme telah melahirkan cukup banyak penulis anarkis seperti Errico Malatesta, Luigi Galleani, Camillo Berneri, dan lain-lain.
Dari Rusia, Leo Tolstoi dikenal sebagai penulis anarkisme religius. Karya-karyanya memengaruhi banyak manusia kualitas unggul semisal Mahatma Gandhi dan Dorothy Day, tokoh Catholic Worker Group. Filsafat mulur-mungkret Ki Ageng Suryamentaram dan Saminisme sekitar Blora mungkin mendapat ilham dari kenyentrikan anarkisme.
Di Indonesia, tokoh-tokoh anarkisme religius dan sindikalis banyak bermunculan di pulau jawa (Surabaya,Bandung,Jakarta,Solo) dan beberapa yang terkenal berani berekspresi dalam sebuah perlawanan terselubung maupun frontal ada di kota Yogyakarta.
[sunting]Keyakinan anarkis
Sejumlah karya pikir para humanis dewasa ini semisal Noam Chomsky, Colin Ward, O'Hara dan Murray Bookchin, mengandung prinsip garis merah anarkisme. Bahkan mereka acapkali didaftar sebagai kaum anarkis. Muara dari deret panjang karya tulis dan berbagai kegiatan lain kaum anarkis adalah empat garis merah di atas. Untuk mengontrol konsistensi garis merah tersebut, berikut ini empat contoh keyakinan kaum anarkis.
1.    Anarkisme adalah sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan. Ia dimulai di antara manusia, dan akan mempertahankan vitalitas dan kreativitasnya selama merupakan pergerakan dari manusia (Peter Kropotkin).
2.    penghapusan eksploitasi dan penindasan manusia hanya bisa dilakukan lewat penghapusan dari kapitalisme yang rakus dan pemerintahan yang menindas (Errico Malatesta).
3.    kebebasan tanpa sosialisme adalah ketidakadilan, dan sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan dan kebrutalan (Mikhail Bakunin).
4.    kami tidak perlu merangkul dan menggantungkan hidup kepada pengusaha kaya sebab ujungnya mereka untung dan kami buntung. Tanpa mereka, kami tetap bisa mengorganisasikan pertunjukan, acara, demonstrasi, mempublikasikan buku dan majalah, menerbitkan rekaman, mendistribusikan literatur dan semua produk kami, mengadakan boikot, dan berpartisipasi dalam aktivitas politik. Dan kami dapat melakukan semua itu dengan baik (O'Hara).
[sunting]Menentang Tujuh Isme
Akibat logis sikap anarki di atas, maka ia menentang tujuh isme dan kondisi yang merecoki cita-citanya, sebagai berikut.
1.    melawan kapitalisme – biang diskriminasi ekonomis ialah selalu berujung pada privilese lapisan atas. Kaum anarkis, sebagai bagian sirkuit masyarakat lapisan bawah, yakin bisa melakukan banyak hal secara independen.
2.    melawan rasisme. Kaum anarkis menandaskan semua bangsa, ras, warna kulit, dan golongan adalah sederajat.
3.    melawan sexisme. Kaum anarkis menganggap semua jenis seks: wanita, pria, dan bahkah di luar dua jenis seks itu, memiliki hak yang sama atas apapun.
4.    melawan fasisme atau supranasionalis. Kaum anarkis beranggapan tak ada bangsa yang melebihi bangsa lain. Semua setaraf dalam perbedaannya.
5.    melawan xenophobia - ketakutan dan kebencian apriori pada hal baru atau asing. Kaum anarkis melawannya sebab xenophobia bisa berkembang jadi fasisme ialah anti terhadap dan menganggap buruk semua hal dari luar.
6.    melawan perusakan lingkungan, habitat dan segala bentuk perusakan dan atau tindakan kekerasan terhadap semua makhluk hidup. Maka kaum anarkis menentang segala bentuk percobaan dengan hewan. Itu berarti sewenang-wenang terhadap kehidupan. Padahal, kehidupan tak bisa diciptakan manusia, harus dihargai. Maka banyak kaum anarkis yang hidup vegetarian.
7.    melawan perang dan 1.001 sumber, alat dan perkakasnya, misalnya militerisme. Bagi kaum anarkis, segala bentuk kekerasan atau penghancuran kehidupan adalah nista. Perang adalah sesuatu hal yang sangat tidak berguna bagi dunia dan penghuninya. Maka segala sumbernya harus segera dihapuskan.

2 komentar:

  1. tolong perdalam terlebih dahulu pengetahuan anda tentang anarkisme sebelum membuat tulisan. dant tolong bedakan anarkisme dan vandalisme. terima kasih

    BalasHapus
  2. Turut menyambung komentar pak iwan prayoga.
    Sepertinya anda sangat antipati terhadap aktifitas demonstrasi ya sehingga anda menyamakan ia dengan tawuran.
    Setahu saya, demonstrasi terjadi karena adanya persoalan yg coba diangkat ke permukaan agar tercapai transparansi informasi terkait isu yg sedang di kawal, juga dilakukan karena adanya ketidakadilan yg dirasakan ataupun disaksikan oleh pelaku demonstrasi.

    BalasHapus