Minggu, 06 April 2014

Bintang, Kau Bersinar Seperti Namamu


Genap 4 tahun aku menjalin hubungan dengan Bintang, dia seorang pria yang sabar dan ia tahu kapan harus marah. Selama berpacaran kami tak jarang bertengkar, dia pandai sekali membuatku berada di posisi bersalah. Tapi memang aku yang salah, aku pun bingung jika ingin menyalahkan dia, karna memang dia tak ada cacat sedikit pun selama berpacaran denganku. Dia sangat setia, bahkan terkadang aku muak dengan kesetiaannya, aku ingin sekali merasakan disakiti, huh… Bintang pacar keempatku, dari semua mantan-mantanku aku tak pernah merasa tersakiti. Aku sering bermain api, tapi aku merasa aku tak pernah terbakar. Satu-persatu mereka aku sakiti dan ku tinggalkan, dan sekrang Bintang, aku kira dia juga akan tidak sanggup dengan sifatku, tapi ternyata salah besar, dia tak pernah meninggalkanku.

4 tahun, rekor untukku. Selama ini aku tak tahu mengapa aku bisa bertahan dengannya, atau mungkin tepatnya dia yang bertahan denganku. Waktu kami menginjak usia pacaran 2 tahun, aku merasa sudah cukup waktuku dengan satu orang ini, aku tak mau menghabiskaan waktuku hanya dengan satu orang, aku coba buat kesalahan. Coba aku berpaling, dan aku ingin tahu reaksinya. Sengaja tak aku hapus sms-smsku dengan cowo-cowo lain, dengan adik kelas, kakak kelas, bahkan dengan mantan-mantanku. Tapi belum juga dia protes, padahal dia setiap hari meminjam HPku dan membaca smsnya satu-persatu tanpa terkecuali. Aku fikir, kalau sms biasa mungkin dia tak curiga, dan sekarang aku melangkah lebih jauh, aku mulai menyelipkan kata-kata mesra, seperti sayang, miss you, love you, atau apalah yang tak wajar di sms-smsku dengan cowo-cowo itu, tapi kali ini pun aku tak menerima respon apapun darinya. Ya sudah aku jalani saja apa yang sudah aku perbuat. Minggu demi minggu berlalu, Bintang agak sedikit jutek, kadang dia tak mau berbicara dengaku, aku fikir ya mungkin saja dia memiliki masalah. Aku membantunya semampuku, genap satu bulan, dia mulai memecahkan kebisuannya selama ini. Dia ingin berbicara denganku sepulang sekolah. Aku kira dia akan menyudahi hubungan kita, tapi ternyata aku sangat tak menyangka.

Sepulang sekolah dia membawaku dengan motornya ke suatu tempat yang sebelumnya aku tak pernah tau, kita diam beberapa belas menit, lalu Bintang mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya. “Kamu sayang aku?” singkat dan membuatku bingung harus menjawab apa. “Kenapa? Kamu nggak percaya?” Jawabku apa adanya. “Ko balik Tanya?” Bintang merasa pertanyaannya belum terjawab. ”Kamu kenapa? Akhir-akhir ini kamu aneh! Aku mau kamu yang dulu!” Jawabku tanpa melunasi pertanyaannya. ”Dengar! aku cape sama semua yang kamu lakuin! Kamu nggak ngerti perasaan aku, aku bebasin kamu, bukan berarti kamu tanpa batas!” sebelumnya tak pernah Bintang berbicara seperti itu, dia orang yang dewasa, tapi sekrang dia merengek bagai anak kecil. “Kau tau, waktuku habis untuk mengenalmu!” suaranya naik satu oktaf. “Tapi tak sedikitpun kau menyelami rasa sayang ini, atau sedikit hanya membuatku merasa dicintai!” Tambahnya makin menjadi-jadi. “kenapa kamu tetap mencintaiku?padahal kamu tau belum juga aku dapat membuatmu bahagia?!!” aku tau kata-kataku menyakitinya, dia terdiam beberapa detik dan matanya mulai berkaca-kaca. “Selama ini aku membuka kuncimu, tapi tak juga kamu pergi dariku. Padahal aku tau kau tersakiti selama ini!” setiap hendak ia mulai berbicara, aku selalu memotong kata-katanya. ”Aku masih butuh main-main! kau membawaku selalu serius tanpa ada waktu istirahat untuk kita tidak saling mencintai!”. “oke terimakasih.” Suaranya sangat rendah sampai nyaris tak terdengar. “Satu lagi, aku muak dengan kesetiaanmu. Tak pernah ada masalah! tak ada cacat dari cintamu! dan aku bosan!” ternyata kata-kataku membuat Bintang menyeka kantung matanya yang tak dapat lagi menahan airmatanya. “Seharusnya cintamu bukan untukku Bintang! Kau terlalu sempurna, cintamu membuat aku merasa terpenjara. Tapi, selama ini tak ada alasan untukku menyalahanmu dan menyudahi hubungan kita!” entah mengapa kata-kata ku yang seharusnya membuat Bintang tambah emosi malah meredakan amarahnya yang semula terlihat. “Bukan Bintang!!! Kamu itu tak pantas mencintaiku. Bukan berarti aku tak mencintaimu, tapi aku tak bisa selalu mencintaimu seperti apa yang kamu lakukan selama ini!” saking emosi, airmataku menetes perlahan. “Bintang! cintamu terlalu sempurna selama ini. Sebenarnya kau membuat aku merasa sempurna juga. Tapi……………………” kata-kataku terpotong oleh bayangan di otakku sendiri. “Hah…! Sudahlah, aku tak pandai berkata-kata sepertimu!” aku meninggalkannya sendiri di tengah taman.

###

Malam setelah aku mengeluarkan apa yang aku rasakan selama ini pada Bintang, aku tak bisa tidur. Dan berhari-hari tidurku selalu terjaga di tengah malamnya.
Sampai satu malam aku terjaga lagi, di luar hujan deras, aku melihat ke sisi HPku. One new message from Bintang.

Bintang
01-Nov-2009 23:01
Assalamualaikum
Bagaimana kabarmu Put? Malam ini genap setengah bulan aku tak menggangumu. Bagaimana? apa nafasmu lebih leluasa?

Baru aku ingin membalasnya, ada SMS masuk lagi.

Bintang
02-Nov-2009 00:30
Aku hargai sikapmu put. Buat hidupmu lebih berfariasi tanpaku. Dan aku akan meninggalkan mu. Terima kasih atas waktumu selama ini. Walau kau tak sepenuhnya mencintaiku, tapi kau buat aku sama sekali tak merasa sia-sia mengenal dan menyayangimu. Kau tak akan terlupakan Put, tapi aku ikhlas jika kamu akan menghapus semua tentang kita.

Dan aku mulai mengetik kata demi kata dengan tangan gemetar dan airmata yang meneter perlahan.

Bintang
02-Nov-2009 00:42
Bintaaaang, aku tak tau apa yang aku rasakan, tapi yang jelas kini berbeda dengan apa yang aku rasakan biasanya. Kau membuat aku meneteskan airmata. Aku tak mau kau pergi dan meninggalkanku. Aku Ingin kau tidak akan menyerah sekalipun aku tak bisa jadi pa yang kau inginkan. Ternyata aku menangisi kepergianmu juga. Aku minta maaf. Beri aku kesempatan untuk mengubah semuanya, aku akan coba semampuku untuk memberikan semua cintaku padamu, seperti apa yang kau lakukan dan harapkan selama ini.

Message delivered
Bintang
02-Nov-2009 00:42


Tapi Bintang tak juga membalasnya. Ya Tuhan, malam itu bagai aku terbakar oleh api-api yang selama ini aku mainkan. Ternyata sangat manas dan menyengat lebih dari apa yang pernah aku bayangkan.

Dan itulah, 2 tahun silam mengajarkanku dan memberitahukan bahwa Bintang adalah pria terakhir di dunia untukku. Dan 4 tahun dengannya tak memenjarakanku tapi membuat warna baru. Bahkan lebih banyak warna lagi. Dengan kata lain dia malaikat yang dikirim Tuhan untukku. Detik demi detiknya tak terbayarkan emas manapun. Bintang adalah seseorang yang terus menjaga hatiku tanpa lelah, dan itulah cinta. Karna cinta tak lain dan tak bukan adalah pengorbanan.

Bintang, hmmm…. Bersinar seperti namanya, memiliki lebih dari satu sudut seperti waktunya untukku, 2 sisinya telah mengisi hari-hariku dengan warna. Warna yang lebih banyak, lebih dari apa yang diberikan dunia untukku. Aku fikir dia akan menjadi masa depanku, tapi Bintang datang lebih cepat, dan sesungguhnya dia membawa kebahagiaan lebih cepat juga. Tuhan membawaku padanya, dan itu anugrah yang mahal dan berkilau.